NILAI DIDIK DONGENG MEMBANGUN WATAK SISWA


Walaupun dongeng bersifat khayal atau meceritakan benda. Dunia pendidikan dianggap seharusnya berperan besar dalam mengurangi dampak negative media. Mengingat akan hal itu,  yang sangat penting diperhatiakan oleh guru adalah menciptakan pendidikan mempu membina dan mwmbentuk watak siswa”
Hampir setiap hari, media cetak dan elektronik menyuguhkan berita atau tayangan kekerasan, kejahatan, kemaksiatan dan sebagainya.
Sebagian orang yakin kondisi itu mengakibatkan seringnya terjadi tawuran, penganiayaan, perkosaan, serta kriminalitas, pada pelajar jika sudah begitu, guru sering disalahkan. Padahal anak-0anak (siswa)hanya delapan jam berada di sekolah itupun sekolah ang memakai system  ful day school, bagaimana dengan sekolah yang tidak full day  school alias lima jam dan pelajaran agamanya hanya sekali dalam satu minggunya, kalau guru agamanya masuk, bagaimana jika sakit, anaknya sakit keluarganya ada yang sakit, keperluan keluarga atau seminar, perlatiah guru dan sebagainya semua itu berdampak pada murid.
Selebihnya anak-anak (siswa) adalah dirumah bersama keluarga. Itupun jika orang  tua (mama) dirumah alias tidak bekerja.
Bagaimana jika kedua orang tua sama-sama bekerja, durumah anaknya bersama pembantu atau neneknya yang sudah renta. Tau dirumah tidak ada siapapun.
Semtara banyak tayangan TV yang ternyata dianggap tidak layak ditonton terutama oleh anak, sekarang ini televisi hanya menyajikan tontonan-tontonan yang ber-rating tinggi tanpa mempedulikan kualitas. Banyak sinetron-sinetron yang mengajarkan hal-hal yang tidak benar, seperti “Suamai-suami takut istri”. Dalam sinetron tersebut diceritakan bagaiamana suami takut kepada istrinya  karena akan selingkuh. Padahal seharusnya suami itu setia dan tidak perlu takut kepada istri.
“Itukan bisa mengajarkan persepsi yang salah dalam rumah tangga,hampir seluruh televisi swasta sekarang menjadi televisi hiburan. TPI yang dulu merupakan televisi pendidikan kini juga berubah menjadi televisi hiburan. Begitu pula dengan yang lain. Isi serta materi yang ditayangkan seluruh televisi tersebut sama, tidak ada keberagaman,”
“Nah, seharusnya Televisi komonitas dan televisi Publik tidak ikut-ikut Tren itu dan bisa menjadi Televisi Pendidikan.” Dunia pendidikan memang  dianggap seharusnya berperan  besar dalam mengurangi dampak negative media. Mengingat itu hal yang sangat penting diperhatikan guru adalah meciptakan pendidikan yang mempu membina watak siswa. Tugas utama guru adalah menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Agar aktivitas itu menarik dan menyenangkan, guru harus bisa memilih metode yang tepat. Pilihan metode hendaknya disesuaikan dengan situasi serta kondisi siswa. Ketetapan pilihan metode mempermudah peserta didik mengikuti pembelajaran sekaligus sangat membantu mencapai kompetensi dasar.
Mendongeng adalah salah satu metode untuk membina watak siswa demi mengurangi kenakalan remaja, pada dasarnya, sebagian besar anak senang mendengarkan dongeng karena banyak hal menarik dari dongeng tersebut. Hal-hal menarik itu terletak pada perubahan nasib pelakunya. Konflik yang terjadi, dan amanat yang dapat diambil sebagai suatu nilai didik.
Walaupaun dongeng sering bersifat khayal, kehadiarannya tetap di perlukan ditengah arus modernisasi saat ini.. sebab, dongeng mengandung nilai-nilai moral atau nilai-nilai yang patut diteladani.
Dongeng “Si Janda Dan Ketela Pohon” kaya Suhta whini. Mengajarkan, untuk mendapatkan sesuatu kita harus bekerja keras dan memeras otak agar kehidupan terus berlangsung. Nilai begitu, antara lain bisa diambil dari paragraph berikut.
………. Sesampai dirumah segera ia tanam batang-batang pohon itu sesai dengan petunjuk ketela pohon waktu berlalu, batang-batang itu kini telah tumbuh bersemi. Potongan batang yang ditancaptkan Si Janda diladangnya kini tumbuh menjadi satu pohon yantg utuh……..
Siapa yang menebar kebaikan akan memetik buah kebaikan di kemudian hari. Pesan demikian, antara lain, tersirat dalam cerita “Kebaikan Berubah Kebaikan” Karya Amrizal. M. di situ dituturkan ketulusan seseorang kakek miskin dalam menyelamatkan seekor anjing. Dengan sabar, kakek mengobati aning yang akhirnya sembuh. Pada akhir cerita, sang  kakerk menemukan kebahagiaan. Dan ceritera tersebut, pelajaran yang dapat di petik adalah jangan berharap imbalan setelah memberikan bantuan. Bantulah secara tulus, tanpa pamrih. Pemberian tidak harus berupa materi,
Perbuatan dan perkataan baik juga merupakan pemberian yang tidak ternilai. Dongeng “Besi Batangan Dogosok Menjadi Jarum” karya Andre Wongso dalam buku Wisdom success ……..seorang bocah kecil tinggal didesa terpencil. Karena kenakalan dan kebandelannya, bocah ini sering tidak mengikuti pelajaran membaca dan menulis yang seharusnya dia ikut. Dia lebih suka bermain-main atau berkelana menyusuri jalan desa dan tepian sungai. Suatu hari ditepian sebuah sungai, bocah kecil ini melihat  seorang nenek sedang mengerjakan sesuatu berulang-ulang. Ia terlihat sedang mengosok-gosokkan sesuatu di sebuah batu. Sampai beberapa hari berikutnya, bocah kecil tadi masih melihat hal yang sama, yaitu sang nenek tua sedang terus melakukan hal yang sama. Kejadian itu menimbulkan  keingintahuan si bocah kecil. Maka suatu hari ia memberanikan diri untuk, nenek menggosok besi batangan ini agar  menjadi sebuah jarum. Bocah kecil ini tampak tidak percaya, wah….mana mungkin, besi batangan bisa digosok menjadi jarum?
“Selama kita memiliki kemauan dan kesabaran, selama kita memiliki keteguhan hati, keyakianan dan keuletan, besi batangan ini bila digosik terus menerus, maka suatu hari nanti besi batangan ini pasti bisa menjadi sebatang jarum….”kata si nenek.
Peristiwa itu telah mengubah sikap mentalnya dan menjadikan dirinya seorang pelajar yang rajin, disiplin dan ulet. Setelah dewasa si bocah tadi menjadi seorang sastrawan yang terkenal dan populr sampai hari ini.
Walaupun dongeng bersifat khayal atau menceritakan benda sebagai hiasan atau binatang, pesan moral dan nilai-nilai didik didalamnya patut diteladani siswa., dongeng dapat diberikan langsung oleh guru, teman bercerita kepada temannya, VCD, atau berdongeng dengan boneka tangan. Dengan cara tersebut diharapkah siswa memahami isi cerita, memahami karakter orang lain, mempelajari kehidupan manusia, sekaligus melatih siswa untuk terampil berbicara.

0 comments:

Posting Komentar